17 Maret 2009

life to die

sepertina kepala saia terkena benturan waktu tidur, atau karena banyakna guncangan yang terjadi, banyak hal yang saia pikirkan hari ini *seriously* tentang hidup, relationship dan banyak hal..
Membaca buku Tokyo, karangan Mo Hayder yang reviewna saia tulis disini mau tak mau membuat saia berpikir banyak tentang hidup. Bahwa kita, yang hidup ada diatas yang mati, bahwa mereka, yang mati demi yang hidup. Saia sendiri nda ngerti kenapa mikir mati dan hidup, toh itu sudah digariskan, sudah sewajarna, tapi tetap saja saia berpikir tentang hidup. Apakah yang hidup hanya sekedar "hidup" atau memang memiliki makna? entah, saia sendiri pun tak memiliki jawabanna. Apakah yang mati telah benar-benar menggunakan hak "hidup" mereka? atau mereka pun tak sempat menemukan jawabanna dan mati begitu saja? Dalam jiwa penasaran meninggalkan raga yang tak lagi memiliki tempat. Atau mereka mati karena harus ada yang hidup?
Satu pikiran yang melintas membuat bulu roma saia berdiri, jadi saia hidup diatas kematian siapa? apakah saia suda benar-benar hidup? jika saia mati apakah demi suatu hidup?
karena tunas-tunas tumbuh menggantikan yang mati, daun-daun hijau menggantikan yang berguguran, bunga mekar menggantikan yang layu..
Apakah ini sekedar siklus lain dari suatu kehidupan, inti sari apakah yang harus kita temukan? sudahkah? mungkin jawaban ini baru saia dapatkan, kalau kematian sudah mendekati saia, menyapa dengan dinginna, entah menjanjikan gelap atau terang..entah kapan..

Sama hal na dengan siklus hidup dan mati, siklus hubungan pun ada didalamna, pertemuan, kebersamaan, perpisahan, mewarnai tiap warna mereka yang hidup. Jika untuk hidup ditemukan makna, bagaimana dengan suatu hubungan? ada apakah dibalik tiap pertemuan? ada apakah dibalik tiap perpisahan?
Apakah perpisahan ada untuk mempertemukan dengan yang lain? apakah pertemuan ada untuk memisahkan yang lain?

Mungkin akan ada banyak pertanyaan yang tak terjawab, ataupun akan terjawab bila waktuna tiba. Waktu, penentu hidup dan mati, penentu pertemuan dan perpisahan. Dan siapakah waktu ? Apakah yang membuatna berkuasa atas kita ? mungkin bagi sebagian orang, mereka lah yang mengatur waktu, namun tetap saja, saat lengah, waktu hanya menyeringai dan menjalankan tugasna. Tugas? entah apa namana. Dan waktu lah yang terkadang menjadi sasaran kemarahan, kebencian, penyesalan bila ia meletakkan segala sesuatu tak tepat, tak seperti yang kita inginkan. Tapi, siapakah kita? yang hanya punya hak "hidup" dan "mati" tanpa bisa memilih yang mana, siapakah kita, yang terjatuh saat berpisah dengan seseorang yang telah melekat, yang terbangun saat bertemu dengan seseorang yang melengkapi, bagai cermin pecah yang menemukan kepingan cermin yang lain. Siapa kita ?




*memusing, tak biasa berpikir*
.:. just a though .:.

2 komentar: